Minggu, 09 November 2014

TUGAS ETIKA PROFESI AKUNTANSI ( JURNAL ).

ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2 (2014): 444-461

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME,
TINGKAT PENDIDIKAN, ETIKA PROFESI, PENGALAMAN,
DAN KEPUASAN KERJA AUDITOR PADA KUALITAS
AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

Putu Septiani Futri
Gede Juliarsa

1. fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: septi_embemm@yahoo.com / telp: +6285737606852


ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh independensi,
profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik di Bali. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa daftar nama Kantor Akuntan Publik dan data primer berupa jawaban-jawaban responden dari pengumpulan data kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dalam penentuan sampel dan ada 36 sampel yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk teknik analisis datanya, dimana hasil penelitian menunjukkan variabel independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya tingkat pendidikan dan etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Kata kunci: independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor


PENDAHULUAN

Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum (Standar Akuntansi Keuangan), yang diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung kesalahan yang material (besar atau immaterial) adalah laporan keuangan yang wajar.

Pihak internal perusahaan yaitu manajemen dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan perusahaan. Manajemen memerlukan informasi keungan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, pengambilan keputusan, dan memudahkan dalam mengelola perusahaan. Pihak eksternal perusahaan meliputi: kreditor, calon kreditor, investor, calon investor, kantor pajak, pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan tetapi memiliki kepentingan dalam perusahaan agar mengetahui kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. Manajemen harus membuat sistem pengandalian intern, untuk mengecek ketelitian serta kebenaran data-data akuntansi yang digunakan, agar perusahaan dapat bersaing dan bahkan mampu meningkatkan mutunya. Pengendalian intern merupakan pengawasan terhadap kualitas kinerja stafnya. Misalnya usaha manajemen dalam mencegah terjadinya kecurangan atau penggelapan dana terhadap kekayaan perusahaan. Terjadinya praktek kecurangan yang dilakukan oleh karyawan pada satu atau bagian dalam organisasi, maka dari itu manajemen harus mengajukan permohonan audit atas laporan keuangan. Ada dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan menurut FASB yakni relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sulit diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa akuntan publik. Jasa dari para akuntan yang bekerja di suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) atau para auditor eksternal sangat dibutuhkan sebagai jaminan laporan keuangan tersebut memang relevan serta dapat meningkatkan kepercayaan pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Akuntan Publik adalah profesi yang memberikan pelayanan bagi masyarakat umum, khususnya di bidang audit atas laporan keuangan. Audit ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan informasi seprti, investor, kreditor, calon kreditor dan lembaga pemerintah (Boyton & Kell, 2006:16 dalam Suseno 2013).

Jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik yaitu dalam bidang auditing, dan tipe penugasan atestasi lain. Tugas akuntan publik yang lain adalah memeriksa laporan keuangan dan bertanggung jawab atas opini yang diberikan atas kewajaran laporan keuangan sehingga bisa digunakan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan.

Besarnya kepercayaan pengguna laporan keuangan pada Akuntan Publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas auditnya. Ironisnya, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan kepada akuntan publik seringkali diciderai dengan banyaknya skandal , misalnya saja pada akhir tahun 2001 sebuah perusahaan terkemuka di dunia yang mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai yaitu Enron Corporation akhirnya bangkrut. Kebangkrutan Enron dianggap sebagai akibat dari kesalahan Akuntan Publik yang tidak dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen Enron.

Dalam konteks tersebut, memunculkan pertanyaan apakah kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Apabila auditor melakukan hal tersebut maka dapat dipastikan bahwa seberapa bagusnya opini yang diberikan oleh auditor tidak akan berpengaruh terhadap risiko yang dihadapi oleh investor dan kreditor.

Independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan karena selain mematangkan pertimbangan dalam penyusunan laporan hasil pemeriksaan, juga untuk mencapai harapan yakni kinerja yang berkualitas.Independensi berarti sikap mental yang tidak mudah dipengaruhi. Sebagai seorang Akuntan Publik tidak dibenarkan untuk terpengaruh oleh kepentingan siapapun baik manajemen maupun pemilik perusahaan dalam menjalankan tugasnya. Akuntan publik harus bebas intervensi utamanya dari kepentingan-kepentingan yang menginginkan tidak ada hasil audit yang merugikan pihak yang berkepentingan.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Propinsi Bali yang merupakan anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sampel diambil dari 9 KAP yang terdapat di Bali.
Objek penelitian ini adalah pengaruh independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Definisi operasional dibentuk dengan cara mencari indikator empiris konsep. Seluruh variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala Likert dengan 4 point. Dimana semakin mengarah ke point 1 maupun point 4 dapat ditentukan bahwa variabel tersebut berpengaruh atau tidak dalam menentukan kualitas audit.


 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan untuk mencari informasi mengenai variabel independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, kepuasan kerja dan kualitas audit dinyatakan Valid. Hal ini terlihat dari nilai rhitung > rtabel. Indikator lainnya yang dapat memberikan informasi adalah nilai probabilitas korelasi yaitu 0,000 artinya nilai tersebut < 0,05, sehingga variabel independensi profesionalisme, tingkat pendidikan, etika profesi, pengalaman, kepuasan kerja dan kualitas audit dinyatakan valid.





Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa seluruh instrumen atau butir pertanyaan dalam variabel reliabel. Hal ini terlihat dari seluruh croanbach’s alpha dari masing-masing variabel nilainya melebihi kriteria yang dipersyaratkan yaitu 0,60.



Hasil pengujian asumsi klasik pada Tabel 3. menunjukkan bahwa model pengujian telah terbebas dari masalah normalitas data,multikoliniearitas, dan heteroskedastisitas.




Pengaruh Independensi pada Kualitas audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik di Bali yang terlihat dari tingkat signifikansi (0,079)>α (0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardani (2010), Saripudin (2012), dan Wulandari (2012). Namun ada penelitian yang mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Permatasari(2011), Wahyuni (2013) yang menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi auditor adalah landasan dari profesi akuntan publik. Penurunan atau kurangnya independensi auditor adalah sebuah ancaman, dimana akan menyebabkan banyak perusahaan runtuh dan skandal korporasi di seluruh dunia. Tanpa independensi kualitas audit dan tugas deteksi audit akan dipertanyakan, Mansouri dkk. (2009).

Keadaan seringkali mengganggu independensi auditor, karena ia dibayar klien atas jasanya, sebagai penjual jasa, auditor cenderung memenuhi keinginan klien (Ling Lin, 2012). Persaingan antar Kantor Akuntan Publik bisa jadi pemicu kurangnya independensi auditor, sehingga auditor rentan mengikuti kemauan dari klien agar tidak kehilangan pendapatannya.

Pengaruh Profesionalisme pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi (0,057)> α (0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wulandari (2012). Namun ada penelitian yang mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Faisal dkk. (2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor dituntut agar bertindak profesional dalam melakukan pemeriksaan. Auditor yang profesional akan lebih baik dalam menghasilkam audit yang dibutuhkan dan berdampak pada peningkatan kualitas audit. Adanya peningkatan kualitas audit auditor maka meningkat pula kepercayaan pihak yang membutuhkan jasa profesional. Dengan demikian profesionalisme perlu ditingkatkan, karena sangat penting dalam melakukan pemeriksaan sehingga akan memberikan pengaruh pada kualitas audit auditor. Harapan masyarakat terhadap tuntutan transparasi dan akuntabilitas akan terpenuhi jika auditor dapat menjalankan profesionalisme dengan baik sehingga masyarakat dapat menilai kualitas audit.

Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi (0,005)<α (0,05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan auditor maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas audit seorang auditor. Hal ini memberikan suatu gambaran dimana tingkat pendidikan yang dimiliki seorang auditor akan meningkatkan kualitasnya, karena dengan jenjang pendidikan yang tinggi, hal ini berkecendrungan kuat akan meningkatkan wawasan serta kemampuan seorang auditor untuk memegang tanggung jawab serta meningkatkan perannya dalam menjalankan tugasnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula tentunya akses informasi yang dimilikinya menjadi lebih banyak sehingga kompetensi dalam menjalankan tugas akan semakin meningkat dan hal itu akan berdampak pada peningkatan kualitasnya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Anggraini, Rani, dan Lismawati (2013), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada kualitas audit.

Pengaruh Tingkat Pendidikan pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi (0,008)<α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika profesi auditor maka semakin baik pula kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Rahma (2012) dan Wahyuni (2013), yang menyatakan bahwa etika profesi berpengaruh pada kualitas audit. Dengan menjunjung tinggi etika profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para auditor, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Jadi, dalam menjalankan pekerjaannya, seorang auditor dituntut untuk mematuhi Etika Profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi persaingan diantara para akuntan yang menjurus pada sikap curang. Dengan diterapkannya etika profesi diharapkan seorang auditor dapat memberikan pendapat yang sesuai dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi Etika Profesi dijunjung oleh auditor, maka kualitas audit juga akan semakin bagus.

Pengaruh Pengalaman pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa pengalaman tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi (0,066)>α (0,05). Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Badjuri (2011) dan Septiari (2013). Hal ini menunjukkan semakin rendah pengalaman auditor maka semakin rendah pula kualitas audit auditor tersebut.
Adapun faktor yang menyebabkan kurangnya pengalaman pada auditor adalah, kurang lamanya bekerja pada Kantor Akuntan Publik, dalam hal ini adalah audit junior, dan selain itu kurangnya kompleksitas tugas yang dihadapi auditor, semakin sering auditor menghadapi tugas yang kompleks maka semakin bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Begitu juga dengan risiko audit yang dihadapi oleh seorang auditor juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dari auditor tersebut. Auditor akan berusaha untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukung judgment tersebut. Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor dituntut untuk membuat suatu judgment yang maksimal. Untuk itu auditor akan berusaha untuk melaksanakan tugasnya tersebut dengan segala kemampuannya dan berusaha untuk mengindari risiko yang mungkin akan timbul dari judgment yang dibuatnya tersebut.


Pengaruh Kepuasan Kerja Auditor pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi (0,033)<α (0,05). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Gautama dkk. (2010), Widyasari (2010). Respon seseorang meliputi respon terhadap komunikasi organisasi, supervisor, kompensasi, promosi, teman sekerja, kebijaksanaan organisasi dan hubungan interpersonal dalam organisasi.


SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan penelitian adalah:

1) Independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
2) Profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
3) Tingkat pendidikan profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
4) Etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
5) Pengalaman berpengaruh tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

6) Kepuasan kerja auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran yang dapat diajukan ialah sebagai berikut :
Dengan tidak terbuktinya independensi, profesionalisme, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor pada kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak Kantor Akuntan Publik dalam menilai kualitas audit dan lebih meningkatkan independensi, profesionalisme auditor, selain itu memberikan auditor junior kesempatan lebih banyak dalam menjalankan profesinya dan Kantor Akuntan Publik memberikan penghargaan pada auditor-auditor yang sudah bekerja dengan baik, sehingga auditor memiliki kepuasan kerja dalam melaksankan tugasnya.

Keterbatasan penelitian ini, yaitu penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui kuesioner sehingga data yang diperoleh berdasarkan persepsi responden saja, maka penelitian selanjutanya dapat dilengkapi dengan melakukan observasi yang lebih mendalam. Dari hasil uji koefisien determinasi (adjust R square) penelitian ini variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat sebesar 9,1% sehingga masih ada variabel-variabel bebas lain yang perlu diindentifikasi untuk menjelaskan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali


REFERENSI

Ardani, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Dalam Majalah Ekonomi Tahun XX.

Badjuri, Achmat. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan. 3(2) (Nov) h: 183-197.

Baotham, Sumintorn. 2007. The Impact of Proffesional Knowledge and Personal Ethics on Audit Quality. International Academy Bisnis & Ekonomi.

Chanawongse, Kasom., Poonpol, Parnsiri., Poonpool, Nuttavong. 2011. The Effect of Auditor Professional on Audit Quality: An Empirical Study of Certified Public Accountants (CPAs) in Thailand. International Academy Bisnis & Ekonomi.

Faizal, Hardiyah, M. Rizal Yahya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel Moderasi (Survei pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Dalam Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Friska, Novanda. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Gautama, Ibnu dan Muhammad Arfan. 2010. Pengaruh Kepuasan Kerja, Profesionalisme, dan Penerapan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Auditor. Dalam Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 3(2) Juli: pp: 195-205

Halim, Abdul. 2008. Auditing I (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jena Sarita, Dian Agustia. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional, Motivasi Kerja, Locus Of Control Terhadap Kepuasan Kerja dan Prestasi Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi 12.


Laksmi Dewi, GAA. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan Kerja, Pengalaman Kerja, dan Profesionalisme Petugas Pemeriksa Pajak Pada Penyelesaian Pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama se-Bali. Skripsi. Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.

Jumat, 24 Oktober 2014

Etika Profesi Akuntansi


Tugas                                      : Membuat Sinopsis Buku Mengenai “ Etika Profesi Akuntansi”                          (Tugas              Kelompok)

Kelas                                      : 4EB14

Nama Kelompok                    :

- Putri Sari Sigiro            25211670 
                
- Mirna Wati Dewi          24211500
      
- Nurul Sarah                 25211409

- Intan Vantimi               23211683

- Fidiya Fitriatun            22211638


Judul Buku                        : Accounting Ethics, 2nd Edition

Pengarang                         : Ronald Duska, Brenda Shay Duska, Julie Anne Ragatz

Penerbit                             : Wiley-Blackwell, April 2011

Sinopsis                             :

              Edisi baru Etika Akuntansi telah secara komprehensif diperbarui untuk menghadapi perubahan signifikan dalam profesi akuntansi sejak tahun 2002. Penulis secara sistematis mengeksplorasi berbagai masalah baru etika yang muncul sebagai akibat dari perkembangan terakhir, termasuk krisis keuangan tahun 2008.
  • Menyoroti perdebatan atas penggunaan akuntansi dengan nilai wajar dan prinsip-prinsipnya dibandingkan aturan berbasis standar
  •  Menawarkan gambaran yang komprehensif tentang etika dalam akuntansi, serta pemeriksaan dan rekomendasi untuk menyelesaikan krisis terkini di bidang ini
  • Menyelidiki sifat dan tujuan akuntansi
  • Menggunakan contoh-contoh konkret dan studi kasus, termasuk situasi saat ini

Sabtu, 27 September 2014

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

TUGAS : ETIKA PROFESI AKUNTANSI (TUGAS KELOMPOK)

Nama Kelompok :
Mirna Wati Dewi              24211500
Intan Vantimi                   23211683
Nurul Sarah                     25211409
Putri Sari Sigiro               25211670
Fidiya Fitriatun                22211854

Kelas                    :          4EB14



Judul Buku     : Etika Bisnis Dan Profesi Untuk  Direktur, Eksekutif Dan Akuntan                                      
Pengarang      : Leonard J. Brooks Dan Paul Dunn

Penerbit         : Salemba Empat

Sinopsis          : 

       Kegagalan dan keruntuhan kantor akuntan public, Enron, Arthur Andersen, an WorldCom, memicu penyusunan U.S. Sarbanes –Oxley Act (SOX        ) 2002, serta mendorong reformasi akuntabilitas dan tata kelola, di perusahaan maupun bagi profesi akuntansi. Hal ini membuat perubahan secara dramatis dalam harapan atau / ekspektasi terhadap prilaku bisnis dan akuntan professional. Buku Etika Bisnis dan Profesi ini mencakup topic-topik krisis kredibilitas pelaporan, pengambilan keputusan etis (EDM) , dan SOX demikian juga, pengembangan proses etika manajemen risiko, strategi untuk menghadapi dan strategi pelaporan kepada pemangku kepentingan serta strategi untuk memastikan perilaku etis di tempat kerja dan selama manajemen krisis.


         Dengan cakupan-cakupan materi tersebut, buku ini dapat dijadikan panduan bagi para direktur, eksekutif, dan akuntan professional dalam akuntabilitas dan tata kelola pasaci- Enron /(penyusunan  SOX 2002) , serta pada pengambilan keputusan yang tepat, perilaku dan etika manajemen risiko di era baru, Singkatnya buku ini memeriksa latar belakang dan sifat era-dukung pemangku kepentingan baru terhadap akuntabilitas perusahaan dan professional serta tata kelola dan memberikan wawasan kedalam pengembangan pola suara prilaku dan bagian dari direktur, eksekutif dan akuntan. 

Selasa, 27 Mei 2014

Tugas Bahasa inggris 2 : Tugas individu

Nama        : Mirna Wati Dewi
NPM         : 24211500
Kelas         : 3EB14

Contoh Kalimat Code Mixing :

1.      Rina meminta nomor handphone Tia ketika bertemu di jalan
Seharusnya:
Rina meminta nomor telepon Tia ketika bertemu di jalan

2.      Wanita itu memakai t-shirt warna putih
Seharusnya :
Wanita itu memakai kaos warna putih

3.      Please, Ambilkan saya buku ekonomi di perpustakaan
Seharusnya :
Mohon, ambilkan saya buku ekonomi di perpustakaan

4.      Toko Tia menerima delivery kue ulang tahun
Seharusnya :
Toko Tia menerima pesanan kue ulang tahun

5.      Putri hampir setiap malam pergi ke clubbing dengan teman-temannya
Seharusnya:
Putri hamper setiap malam pergi ke diskotik dengan teman-temannya.

Contoh Kata Blends :

Contoh kata Blends
Blends
Keterangan
Pengertian
Callphone
Celluler  +  Telephone
Telepon seluler
Dancersice
Dance   +   Exersice
Latihan menari
Televangelist
Television  +   Evangelist
Pemberitaan injil televisi
Brunch
Breakfas  +  Lunch
Makan siang
Infortainment
Information  +  Entertaiment
Berita seputar dunia hiburan

Sabtu, 26 April 2014

Artikel "The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion"

   Bad weather that hit several regions in Indonesia is large enough to impact the food and beverage industry in this country. For only the Jabodetabek area, the floods predicted suppress the turnover to 25 percent.

   Chairman of the Food and Beverage Association of Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman explained, a decrease of revenue is due to the difficulty of the distribution of products from the factory to the market because of the flooding block. Thus, it spreads on the decline in consumption.
As an overall result, Adhi estimated the food and beverage industry in Jabodetabek lost the income until Rp 200 billion per day. “In the normal situation, the income in each day for this region reached USD 800 billion,” he said on Tuesday (01/21/2014).

   It is not only the distribution to the consumer, food and beverage manufacturers must also bear the losses due to the distribution of raw materials from the another region which also faltered.
For example, the transportation of fresh fruit and meat from Central Java, currently takes up to four days. Though, it usually takes only a half day. “Whereas within five days, the fresh raw materials will rot in about 50 percent” he said.

   It hasn’t counted yet the losses because the factory could not be operated due to workers who could not get in because of flooding, or because there is no electricity supply due to outages by PLN in some areas.

   Despite the losses is in sight, according to Adhi, manufacturers of foods and beverages will not raise their selling prices. Because this problem is only temporary.





Making Report
·         The title

    The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion


·         The Summary

     The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion, because bad weather that hit several regions in Indonesia is large enough to impact the food and beverage industry in this country. For only the Jabodetabek area, the floods predicted suppress the turnover to 25 percent. For example, the transportation of fresh fruit and meat from Central Java, currently takes up to four days. Though, it usually takes only a half day. Whereas within five days, the fresh raw materials will rot in about 50 percent. Despite the losses is in sight, manufacturers of foods and beverages will not raise their selling prices. Because this problem is only temporary.

·         The Content
Reason
-       Bad weather that hit several regions in Indonesia, For only the Jabodetabek area ,throw a rubbish careles

Result
-           The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion.


·         The Conclusion

   The Foods and Beverages Merchants in Jabodetabek Lost Their Income Until Rp 200 billion because bad weather that hit several regions in Indonesia and the floods predicted suppress the turnover to 25 percent.
·        
         We hope that the match will be interesting

   Regions in Indonesia, especially in the jabodetabek area must keep the environment and do not throw a rubbish careless. So it does not flood and manufactures of foods and beverages are not losers.









Kamis, 27 Maret 2014

International Business Etiquette



5 Tips for Meeting New Clients

The first meeting with a new client is a lot like a first date. It's a chance to put your best foot forward and lay the foundation for a successful long-term working relationship. Then again, a first client meeting is also like a job interview. You want to ooze professionalism, inspire confidence and thoroughly convince the client that your potential client's money is in good hands.

We've assembled five essential tips for making an excellent first impression at a client meeting. We'll start off with something you can do days before the meeting begins.

While it's important to update your portfolio, iron your dress slacks and practice your best "firm but friendly" handshake, remember that a successful client meeting is all about listening. Get a head start by "listening" to what the client has to say on his or her Web site and in the press. Keep reading for more research and planning tips. 

    1.     Plan and Prepare

When preparing for the first meeting with a new client, it's easy to get caught up in everything that you want to accomplish. Depending on your business, you might want to sell the highest number of units or set the design direction of the company's new Web site. But even if you think you have the best products and the best ideas in the world, the only important opinion is the client's.

In the days leading up to the meeting, do as much research as you can about the client. Read the company Web site from top to bottom, paying particular attention to mission and vision statements. Companies put a lot of time into crafting these messages, so your pitch has to jibe with company culture. Read recent press releases and blog posts to understand what the company is most excited about right now. Then make a list of questions that remain unanswered. These might be useful at the meeting to get the conversation rolling.

Put yourself in the client's shoes, says client loyalty expert Andrew Sobel [source: Sobel]. What are the client's key business concerns? What pressures might the client be feeling in the marketplace? Where does the client want to go and how can you help him or her get there? Keep all of these concerns front and center as you craft your proposal.

When it's almost time for the meeting, get everyone on the same page with a well-written agenda. We'll discuss those on the next page.

2.     Set An Agenda

A meeting without an agenda is like an orchestra without a conductor. An agenda sets the expectations of the meeting, establishes and orderly flow and helps everyone understand his or her roles.

A day before the meeting, e-mail a short agenda to everyone who'll be in attendance. It doesn't have to be detailed. It can be a spare outline or a simple bullet-point list that includes the main points to be covered and tasks to accomplish [source: Entity]. This might also be a good opportunity to introduce your team members to the client. Link to full bios on your Web site or include a short blurb about each team member, as well as his or her job title and responsibilities. Again, this will help the client know what to expect when you walk in the door.

Remember, though, that an agenda isn't written in stone (it's barely written on paper). Start the meeting by addressing each point on the agenda in the order you've suggested. But if the client wants to talk about the last point first, let him or her do it. If the client wants to talk about something completely different, however, be prepared to ditch the agenda altogether. Again, the main goal of this meeting is to listen to the client. If the agenda doesn't help you meet that goal, scrap it.

3.     Make a Professional Impression

The first meeting with a new client is not the time to be yourself. Instead, be your most courteous, polite and professional self. It starts with your clothes. Even if you work at the most casual office in the world, bump it up a notch or two for the client meeting. Skirts, slacks and ties show that you take the client seriously. So does arriving on time. Never make the client wait!

Turn on the charm as soon as you walk in the door. Be polite and friendly to everyone you meet in the office, from receptionists to interns [source: Farber]. You never know whose opinion counts and who can be your advocate down the line. If you come with other team members, don't joke loudly or badmouth other clients while waiting for the meeting to begin.

Show respect for your client's time and attention. Before jumping into the meeting, re-establish the time frame you proposed in the agenda [source: Farber]. "Is two hours still all right?" It's a simple act of professional courtesy that speaks volumes.

If you want to maintain that professional attitude, avoid the following "don'ts":
  • Don't eat during the meeting, unless it's a lunch meeting.
  • Don't answer your cell phone. In fact, shut it off.
  • Don't text or e-mail.
  • Don't whisper to your teammates while the client is talking.
4.     Take Notes

Never forget that the main goal of meeting with a new client is to listen. It doesn't matter if the client is an inspiring innovator or a complete bore -- pretend that every word out of his mouth is pure gold. Make a show of taking out a notepad or opening your laptop computer to take notes. Columnist Barry Farber, writing for Entrepreneur.com, suggests that you even ask, "Do you mind if I take notes" [source: Farber]? Just watch your client sit up taller in his or her seat.

For most people, the easiest way to take notes is to use a computer. To keep your notes organized, try to enter information in outline form or at least bullet-points under separate headers. If you bring more than one person to the meeting, have one team member be the assigned note-taker so the others can engage more fully with the client.

If you're the only person from your team, be careful not to bury your head in your computer while the client is talking. Try to make frequent eye contact and bounce back supportive statements like "Good point," or "That's important to know." If you have questions, write them in your notes and wait until the client has finished talking to ask them.

Your work isn't over when the meeting ends. Keep the working relationship rolling with a courteous and professional follow-up e-mail.

5.     Send a Meeting Summary

The first meeting with a new client is important -- but remember that it's only the beginning of a longer relationship. Keep the momentum going by following up after the meeting with a short e-mailed summary, also called a contact report. A contact report accomplishes several important things at once: It's a simple way to say thank you, to recap what was discussed, and to propose some next steps.

The contact report should include the following information:
  • Name of project
  • Date of meeting
  • Team members in attendance
  • Bullet-point list of what was discussed
  • Next steps: what will be accomplished next, who will do it, and when it will be finished [source: Entity]
If the meeting was with a potential client, this would also be the time send along your price quote. The price quote is only an estimate of actual costs, but it should be as detailed as possible. Along with standard services and billing rates, include optional services and their prices. Make it clear -- in a polite and professional way -- that the work cannot go forward until the client signs the price estimate.

Russian Business Etiquette Tips

As a superpower with one of the fastest growing economies in the world, Russia is a mecca for international business relations. Business people looking to break into a new market or attempting to grow their European presence enjoy the most success by developing new Russian clients and partners.

As with any international business interaction, understanding the facets of proper business etiquette are essential to your success. By practicing proper Russian business etiquette, you will impress your Russian colleagues, highlight your business skills and establish new, lucrative business relationships.

Russian Business Meeting Etiquette

Russian business meeting etiquette is highly formal, as the Russians' appreciation of structure and rules shapes the way business is done in Moscow and throughout Russia. Here are some Russian business etiquette tips to help you appropriately interact with your foreign colleagues:
  • Avoid high-pressure talk. Russians value patience and appreciate time to debate, consider and digest negotiations. Trying to force a decision through high-pressure talk will only make you appear impatient, rude and incapable of professional business interactions.
  • Be on time to all meetings. While it's acceptable for your Russian colleagues to be late to business meetings, as a foreigner, you are expected to arrive on time (if not early). Also, don't expect your late Russian colleagues to apologize for their tardiness, as their behavior is considered to be a test of your patience.
  • Bring technical experts, if necessary. If your business meeting will focus on technical topics, be sure to bring technical experts and a Russian interpreter. Your Russian colleagues will expect a thorough presentation of the history and/or precedents associated with your topic. By bringing experts you will establish your credibility, foresight and general expertise.
  • Do you need Bilingual Russian Professionals for your Company? Visit Foreign Staffing, Inc
  • Include a Russian translation on your business cards. Although most Russians speak English (as English is usually taught beginning in the third grade), be sure to have a Russian translation of your business card on its flipside, as this indicates your enthusiasm for doing business with your Russian colleagues.
    Also, by offering a Russian translation of all related business documents you will demonstrate your precision and thoroughness and highlight your willingness to go the extra mile to do business with your Russian colleagues.
Other helpful etiquette tips for Russian business meetings include:
  • Avoid showing the soles of your shoes (or stepping on any seats), as this is considered highly disrespectful.
  • Expect your Russian colleagues to get angry, walk out of a meeting and/or talk about ending their relationship with you in their effort to make you give more concessions during a negotiation.
  • Shake hands firmly and maintain eye contact when doing so.
  • Wear dark colored, conservative business suits to meetings. Women should wear longer, knee-length skirts, rather than pants-suits.

Values Honored in Russian-Speaking Countries

Many elements of Russian business etiquette are shaped by the values that Russians respect. Some of these include:
  • Collectivity
  • Conformity
  • Formality
  • Patience
  • Trust and Loyalty

Sources :